KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi nikmat dan kasih sayang – Nya kepada kami karena hanya dengan izin –
Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Komposisi Bahasa Indonesia ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya
itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang telah kami susun ini masih banyak
kekurangan baik secara sistematika penulisan, bahasa, dan penyusunannya. Oleh
karena itu, kami memohon saran serta pendapat yang dapat membuat kami menjadi
lebih baik dalam melaksanakan tugas di lain waktu. Mudah – mudahan karya tulis
yang kami buat menjadi bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi
pembacanya.
Depok, 1 November 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Begitu banyak kita lihat pengemis, pengamen, pemulung, dan lain lain di
sekitar lingkungan kita sehari-hari, baik pada saat kita bepergian, maupun di
lingkungan tempat tinggal kita. Itu adalah salah satu dari kemiskinan. Sampai
saat ini, belum juga ditemukan cara penanggulangan kemiskinan itu sendiri, dan
Pemerintah masih belum juga maksimal dalam menangani masalah ini. Namun itu
bukan hanya salah Pemerintah saja tetapi kita juga harus dapat berkontribusi
dan andil dalam mengatasi kemiskinan tersebut, karena untuk mengubah kemiskinan
harus dibutuhkan mental yang baik.
Kemiskinan memang dapat
mengganggu kesejahteraan masyarakat, dan itu sangat tampak dari adanya rumah
kumuh di pinggiran sungai, timbulnya berbagai macam penyakit, khususnya
penyakit busung lapar maupun gizi buruk. Mungkin kemiskinan terjadi karena
tidak dapat membiayai kehidupan secara langsung. Dan itulah yang terjadi saat
ini, bahwa kemiskinan sekarang ada dimana-mana. Jika pemerintah tidak mengatasi
masalah kemiskinan secepat mungkin, kemiskina akan terus bertambah seiring
berjalannya waktu. Kemiskinan tidak hanya berdampak bagi rakyat miskin tetapi
juga bagi warga sekitarnya, karena kemiskinan juga dapat meningkatkan tindakan
kriminalitas.
Dengan tingginya angka
kemiskinan di Indonesia, maka hal ini menjadi masalah tersendiri bagi negara
ini dan sampai saat ini masih belum ada solusinya. Dan kemiskinan mempunyai
hubungan dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu kemiskinan harus
bersama-sama kita tanggulangi agar angka kemiskinan tidak terus meningkat.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa sajakah dampak dari
tingginya angka kemiskinan di Indonesia? .
2.
Apa sajakah faktor
penyebab tingginya angka kemiskinan di Indonesia?
3.
Bagaimana cara mengatasi
tingginya angka kemiskinan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengidentifikasi faktor penyebab tingginya angka kemiskinan di Indonesia
2. Mendiskripsikan dampak yang timbul dari tingginya angka kemiskinan di
Indonesia
3. Mengidentifikasi cara mengatasi tingginya angka kemiskinan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemiskinan
A.
Menurut Drewnowski
Menggunakan indikator-indiktor sosial untuk mengukur tingkat-tingkat
kehidupan (the level of living index). Menurutnya terdapat tiga tingkatan
kebutuhan untuk menentukan tingkat kehidupan seseorang :
a. Kehidupan fisik dasar (basic
fisical needs), yang meliputi gizi/ nutrisi,
perlindungan/ perumahan
(shelter/ housing) dan kesehatan.
b. Kebutuhan budaya dasar (basic
cultural needs), yang meliputi pendidikan,
penggunaan waktu luang
dan rekreasi dan jaminan sosial (social security).
c. High income, yang meliputi pendapatan
yang surplus atau melebihi takarannya.
B. Menurut
Oscar Lewis (1983)
Orang-orang miskin adalah kelompok yang mempunyai budaya Kemiskinan sendiri
yang mencakup karakteristik psikologis sosial, dan ekonomi.Kaum liberal
memandang bahwa manusia sebagai makhluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi
oleh lingkungan.Budaya kemiskinan hanyalah semacam realistic and
situational adaptation pada linkungan yang penuh diskriminasi dan peluang
yang sempit.Kaum radikal mengabaikan budaya kemiskinan, mereka menekankan
peranan struktur ekonomi, politik dan sosial, dan memandang bahwa manusia
adalah makhluk yang kooperatif, produktif dan kreatif.
C. Menurut Amartya Sen
Seseorang dikatakan miskin bila mengalami "capability
deprivation" dimana seseorang tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang
substantive.
D. Menurut Biro Pusat Stastistik (BPS)
Biro Pusat Statistik (BPS)menggunakan batas garis kemiskinan berdasarkan
data konsumsi dan pengeluaran komoditas pangan dan non pangan. Komoditas pangan
terpilih terdiri dari 52 macam, sedangkan komoditas non pangan terdiri dari 27
jenis untuk kota dan 26 jenis untuk desa. Garis kemiskinan yang telah
ditetapkan BPS dari tahun ketahun mengalami perubahan.
Menteri sosial menyebutkan berdasarkan indikator BPS garis kemiskinan yang
diterapkannya adalah keluarga yang memilki penghasilan di bawah Rp 150.000
perbulan. Bahkan Bappenas yang sama mendasarkan pada indikator BPS tahun 2005
batas kemiskinan keluarga adalah yang memiliki penghasilan di bawah Rp 180.000
perbulan.
Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung
tunai (BLT) BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin,
seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika
(2005), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu :
1.
Hidup dalam rumah dengan
ukuran lebih kecil dari 8 M2 per orang.
2.
Hidup dalam rumah dengan
lantai tanah atau lantai kayu berkualitas
rendah/bambu.
3.
Hidup dalam rumah dengan
dinding terbuat dari kayu berkualitas rendah/bambu/rumbia/tembok
tanpa diplester.
4.
Hidup dalam rumah yang
tidak dilengkapi dengan WC/bersama sama dengan rumah tangga lain.
5.
Hidup dalam rumah tanpa
listrik.
6.
Tidak mendapatkan
fasilitas air bersih/sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air
hujan.
7.
Menggunakan kayu bakar,
arang atau minyak tanah untuk memasak.
8.
Mengkonsumsi daging atau
susu seminggu sekali.
9.
Belanja satu set pakaian
baru setahun sekali.
10.
Makan hanya sekali atau
dua kali sehari.
11.
Tidak mampu membayar
biaya kesehatan pada Puskesmas terdekat.
12.
Pendapatan keluarga
kurang dari Rp. 600.000,- per bulan.
13.
Pendidikan Kepala
Keluarga hanya setingkat Sekolah Dasar.
14.
Tidak memilik tabungan/barang
yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000
(kendaraan, emas,ternak dll)
15.
Mempekerjakan anak di
bawah umur.
16. Tidak mampu membiayai anak untuk sekolah.
E. Menurut Bank Dunia
Ada dua jenis kemiskinan. Pertama, kemiskinan absolut,yaitu apabila seseorang
atau sekelompok masyarakat hidup di bawah nilai batas kemiskinan tertentu.
Kedua,kemiskinan relatif. Kemiskinan jenis ini hanya membandingkan posisi
kesejahteraan seseorang atau sekelompok masyarakat dengan masyarakat lain di
lingkungannya.
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan
pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah
$2 per hari. Kriteria miskin disini patokannya ialah indeks kebutuhan minimum
energi 2.100 kalori per kapita/hari (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk
laki laki dewasa).
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
1. Penyebab individual, atau patologis,
yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan
dari si miskin;
2. penyebab keluarga, yang menghubungkan
kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
3. penyebab sub-budaya
(subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari,
dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
4. penyebab agensi, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah,
dan ekonomi;
5. penyebab struktural, yang memberikan
alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
F. Menurut Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB)
Garis kemiskinan dinyatakan dalam satuan pendapatan per kapita per
bulan.Menurut laporan PBB, terdapat 12 komponen kebutuhan dasar, yaitu:
1. kesehatan;
2. makanan dan gizi;
3. pendidikan;
4. kondisi pekerjaan;
5. situasi kesempatan kerja;
6. konsumsi dan tabungan;
7. pengangkutan;
8. perumahan;
9. sandang;
10. rekreasi dan hiburan;
11. jaminan sosial; serta
12. kebebasan
Kriteria rumah tangga miskin yang ditetapkan BPS didasarkan pada besarnya
rupiah yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan minimum pangan dan
nonpangan per kapita per bulan.
G. Menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana (BKKBN)
BKKBN menerapkan ukuran kemiskinan dengan pendekatan kesejahteraan.
Keluarga dapat dibagi dalam beberapa kategori: prasejahtera, sejahtera tahap I,
sejahtera tahap II, sejahtera tahap III, dan sejahtera tahap III
plus. Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga
sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
a) Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu
atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera
I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan
kesehatan.
b) Keluarga Sejahtera Tahap I
Keluarga Sejahtera tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:
1. Melaksanakan ibadah menurut agama
oleh masing-masing anggota keluarga.
2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga
makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.
3. Seluruh anggota keluarga memiliki
pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
4. Bagian yang terluas dari lantai rumah
bukan dari tanah.
5. Bila anak sakit atau pasangan usia
subur ingin ber-KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan.
c) Keluarga Sejahtera tahap II
Keluarga sejahtera tahap II yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah
dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial
psikologis 6 sampai 14 yaitu :
6. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah
secara teratur.
7. Paling kurang, sekali seminggu
keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.
8. Seluruh anggota keluarga memperoleh
paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.
9. Luas lantai rumah paling kurang
delapan meter persegi tiap penghuni rumah.
10. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam
keadaan sehat.
11. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur
15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.
12. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa
membaca tulisan latin.
13. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.
14. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan
usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
d) Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai
14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga
yaitu:
15. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan
agama.
16. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat
disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.
17. Biasanya makan bersama paling kurang sekali
sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota
keluarga.
18. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya.
19. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling
kurang 1 kali/6 bulan.
20. Dapat memperoleh berita dari surat
kabar/TV/majalah.
21. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana
transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
e) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula
memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu:
22. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan
sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk
materiil.
23. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif
sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
Miskin menurut BKKBN adalah mereka yang termasuk dalam kategori
prasejahtera dan sejahtera I. Sajogyo (sosiolog IPB) tiga dekade lalu
menggunakan pendekatan pengeluaran setara beras sebagai penentu garis
kemiskinan yang dibedakan antara daerah perdesaan dengan daerah perkotaan.
Untuk daerah perdesaan ditetapkan rumah tangga miskin jika pengeluarannya
kurang dari 320 kg setara beras,miskin sekali jika pengeluaran kurang 240 kg
setara beras, dan paling miskin jika pengeluaran kurang dari 180 kg setara
beras per kapita per tahun. Untuk daerah perkotaan rumah tangga miskin, miskin
sekali,dan paling miskin berturutturut adalah pengeluaran rumah tangga sebesar
480, 360, dan 270 kg setara beras.
B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT
MISKIN PEDESAAN
a. Karakteristik Umum
Masyarakat Miskin Pedesaan
Karakteristik utama
masyarakat miskin pedesaan itu adalah tingkat pendapatannya tidak menentu dan
jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi 8 kebutuhan dasar sebagaimana
dikemukakan oleh Radwan dan Alfthan (dalam Sumardi dan Evers, 1985), yang
meliputi 1) makanan, 2) pakaian, 3) perumahan, 4) kesehatan, 5) pendidikan, 6)
air dan sanitasi, 7) transportasi, 8) partisipasi.
Ketidaktentuan jumlah
pendapatan tiap bulannya bahkan dalam jumlah yang sangat kecil menjadikan
seseorang atau keluarga miskin sangat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya.
b. Karakteristik Kultural
a. Tidak
adanya keterlibatan dalam organisasi sosial politik.
Pada umumnya keluarga miskin di pedesaan tidak ikut aktif dalam organisasi
sosial politik, seperti sebagai pengurus atau anggota perangkat desa ataupun
partai politik.
b. Kebiasaan mempunyai banyak anak
dan dalam keluarga luas.
Keluarga miskin pedesaan umumnya mempunyai banyak anak. Di samping itu,
anggota keluarga mereka sangat besar. Seringkali ditemukan adanya keluarga
luas, artinya satu keluarga dihuni oleh orangtua mereka, anak yang sudah
berkeluarga, dan seorang kakek dan nenek.
c. Keluarga miskin pedesaan lahan
kering pekerja keras.
Keadaan yang cukup bertolak belakangdengan tori-teori yang sudah ada selama
ini ( antara lain Lewis, 1959) yaitu bahwasannya keluarga miskin cenderung
malas bekerja.
d. Anak
dan istri mengembangkan budaya merantau.
Keadaan menonjol
anak-anak mereka yang laki-laki pergi merantau terutama ke Jakarta ikut
membantu orang untuk berjualan bakso. Sedangkan ibu rumah tangga berjualan
jamu. Mereka memanfaatkan jaringan di luar daerah, seperti di Jakarta yang
sudah ada sebelumnya.
e. Keinginan
yang tinggi untuk memperbaiki rumah, jika ada uang.
Satu karakteristik yang
sangat menonjol dari keluarga miskin yang hidup di pedesaan Sanggang, yang
belum dikaji oleh Lewis (1959), yaitu menjadikan prioritas utama memperbaiki
rumah, jika mendapatkan uang cukup banyak. Skala priotitas ini barangkali akan
berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat kaya, dimana masyarakat kaya jika
mempunyai uang cukup banyak prioritas utamanya adalah ditabung atau untuk
investasi. Masyarakat kaya inilah kalu dalam kajian Harorld dan Domar (dalam Kanto,
2006) dipandang sebagai cirri-ciri masyarakat modern.
f. Keadaan
rumah keluarga miskin di pedesaan sangat sederhana.
Keadaan rumah keluarga
miskin pedesaan umumnya sangat sederhana. Rumah berukuran 10 m kali 10 m
(100m2) dengan dinding terbuat dari bambu, dan isi perabut rumah yang masih
sangat sederhana.
c.
Karakteristik Struktural
a. Pada
umumnya jenis pekerjaan sebagai petani.
Jenis pekerjaan keluarga
miskin pedesaan adalah rata-rata petani atau buruh tani yang lebih
menitikberatkan pada keseimbangan hidup dalam bermasyarakat. Sebagai petani
seringkali mengalami kerugian dari hasil panen yang diperolehnya. Biaya yang
dikeluarkan untuk mengolah lahan, bibit dan pemeliharaan tanaman seringkali
tidak sepadan dengan hasil yang didapatkan.
b. Kebijakan
pendidikan dirasa sangat mahal.
Keluarga miskin pedesaan
Sanggang merasa bahwa pendidikan dirasa sangat mahal. Mahalnya dunia
pendidikan ini sering kali membuat anak-anak mereka harus keluar dari sekolah
(terutama ketika sudah memasuki sekolah menengah pertama).
c. Tidak
adanya taman desa.
Di lingkungan tempat
tinggal masyarakat miskin pedesaan jarang ditemukan taman desa yang fungsinya
sangat penting sebagai paru-paru desa. Paru-paru desa sebagai penyedia oksigen
yang sangat penting untuk kesehatan. Disamping itu taman desa sangat bermanfaat
untuk menikmati waktu luang ataupun olah raga. Kebiasaan tidak adanya taman
desa seperti ini hampir ditemukan di seluruh desa-desa yang ada di Indonesia.
d. Tidak
merasa dibayar murah oleh majikan.
Dari sisi kemiskina
struktural, keluarga miskin pedesaan tidak dapat melihat adanya terlalu murah
bayaran upah yang mereka terima. Keluarga miskin sudah sangat senang apabila
ada pekerjaan yang mereka dapatkan dari orang-orang kaya. Oleh karena itu
mereka tidak setuju untuk menerima pernyataan bahwa mereka menjadi miskin
karena melakukan hubungan kerja dengan orang-orang kaya. Ini bertentangan
dengan teori konflik (Mosca, 1896, Dharendorf, 1959) bahwa struktur kekuasaan
merupakan sumber konflik, dan teori ketergantungan (Andre Gunder Frank, 1968),
bahwa orang, keluarga, atau negara menjadi miskin karena mereka melakukan
hubungan dengan orang atau negara kaya. Masyarakat miskin pedesaan lebih
menekankan pada keseimbangan (teori struktural fungsional, Moore dan Davis,
Robert K. Merton, 1945) untuk berlangsungnya sebuah system kemasyarakatan.
e. Kaum
perempuan terpinggirkan dalam proses pembuatan keputusan politik. Aspek
struktural yang lain, terlihat bahwa kaum perempuan masyarakat pedesaan
Sanggang masih sangat terpinggirkan dalam proses pembuatan keputusan baik di
tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Namun di sisi lain kaum perempuan
memeberikan sumbangan yang sangat besar dalam kehidupan keluarga miskin dalam
menangani ketidak-cukupan kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
d.
Karakteristik Kemiskinan Konjungtural Masyarakat Miskin Pedesaan.
Dari sisi kemiskinan konjungtural, pada umumnya keluarga miskin pedesaan
tidak memiliki yang tinggi berkaitan dengan pekerjaan di sektor formal.
Keluarga miskin pedesaan ketika masih muda cenderung mencita-citakan jenis
pekerjaan informal, seperti tukan batu bata, pedagang bakso, dan juga berdagang
mi ayam. Jenis pekerjaan informal tersebut tidak memerlukan kualifikasi
pendidikan formal yang cukup tinggi. Berdasarkan temuan di masyarakat pedesaan
bahwa jenis-jenis pekerjaan informal di atas sangat rentan sekali. Artinya
kalaupun ada yang dibilang cukup berhasil jumlahnya relative sedikit dan
biasanya tidak tahan sampai di usia tua.
e.
Karakteristik Kemiskinan Natural Masyarakat Miskin Pedesaan.
Kemiskinan natural yang dialami oleh masyarakat miskin pedesaan dapat
dilihat dari ketidakmampuan sumber daya alam untuk mendukung kehidupan normal
keluarga miskin. Di samping itu faktor usia yang tua menjadikan keluarga miskin
yang bersangkutan tidak mampu bekerja.
C. Gambaran Kemiskinan
A. 10
Negara Paling Miskin di Dunia
Berdasarkan PDB per
kapita tiap negara, berikut deretan 10 negara paling miskin di dunia:
1. Kongo
Produk Domestik Bruto
(PDB) per kapita: US$ 400 atau setara Rp 4,5 juta
2. Zimbabwe
PDB per kapita: US$ 500
atau Rp 5,6 juta
3. Burundi
PDB per kapita: US$ 600
atau Rp 6,8 juta
4. Somalia
PDB per kapita: US$ 600
atau Rp 6,8 juta
5. Liberia
PDB per kapita: US$ 700
atau Rp 7,9 juta
6. Eritrea
PDB per kapita: US$ 800
atau Rp 9,06 juta
7. Afrika
Tengah
PDB per kapita: US$ 800
atau Rp 9,06 juta
8. Nigeria
PDB per kapita: US$ 900
atau Rp 10,2 juta
9. Malawi
PDB per kapita: US$ 900
atau Rp 10,2 juta
10. Sudan
Selatan
PDB per kapita: US$ 900
atau Rp 10,2 juta
B. Provinsi
dengan Penduduk Miskin Terbanyak di Indonesia
Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat total penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,55 juta orang.
Jumlah penduduk miskin tersebut tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Mengutip data BPS, jumlah
penduduk miskin tersebut 10,63 juta berada di kota dan 17,91 juta berada di
desa.
Berikut adalah daftar
provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak:
1. Lampung
Salah satu Provinsi di
Sumatera ini memiliki jumlah penduduk miskin hingga 1,13 juta. Lampung
menempati provinsi ke-5 dengan jumlah penduduk miskin terbanyak. Tersebar di
kota sebanyak 222 ribu dan 911 ribu di desa.
2. Sumatera
Utara
Sumatera Utara berada di
peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk miskin terbanyak. Jumlahnya mencapai 1,39
juta yang tersebar di kota sebanyak 689 ribu orang dan 701 ribu di desa.
3. Jawa
Barat
Jawa Barat menempati
provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak ke-3 di Indonesia. Jumlahnya
mencapai 4,38 juta penduduk. Sebanyak 2,62 juta penduduk miskin berada di
kota-kota di Jawa barat dan 1,75 juta penduduk berada di desa.
4. Jawa
Tengah
Jawa Tengah menempati
posisi ke-2 dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia. Jumlah
penduduk miskinnya mencapai 4,70 juta. Penduduk miskin ini tersebar 1,87 juta
di perkotaan dan 2,83 juta di desa.
5. Jawa
Timur
Jawa Timur memiliki
jumlah penduduk miskin yang terbanyak di Indonesia. Jumlah penduduk miskinnya
mencapai 4,86 juta. Penduduk miskin ini tersebar di kota hingga 1,62 juta dan
3,24 juta di desa.
D. Faktor Penyebab Tingginya
Angka Kemiskinan di Indonesia
Jika disebutkan apa saja
hal yang menyebabkan kemiskinan terjadi, maka hal itu tidak akan ada
habisnya. Kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor yang berasal dari mana saja.
Baik dari dalam individu maupun faktor luar yang ada di lingkungan.
1. Karakteristik individu.
Kemiskinan sangat dipengaruhi oleh karakteristik seseorang.
Karakteristik yang dimiliki oleh seseorang yang dapat menyebabkannya
menjadi miskin umumnya adalah malas dan kurangbersungguh-sungguh dalam melakukan
berbagai hal, termasuk bekerja dan belajar. Padahal beberapadari
mereka gagal bukan karena tidak pernah memiliki kesempatan,
namun mereka justru yang tidak menjalankan kesempatan
itu dengan sebaik-baiknya. Yang akhirnya hal itu membuat mereka
gagal dan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
2. Keterbatasan fisik.
Tidak jarang juga seseorang menjadi miskin karena memiliki cacat
bawaan. Dengan keterbatasannya itu, tentu ia tidak mampu bekerja
dengan baik dan optimal, apalagi untuk bersaing dengan orang yang
lebih sehat dan memiliki kesempatan yang
lebih banyak dalam melakukanberbagai hal yang dapat menentukan
kondisi ekonomi hidupnya.
3. Keturunan.
Kemiskinan juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat
pendidikan orang tua yang
rendah dapat membuat seseorang jatuh ke dalam
kemiskinan. Yang berakibat ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang
layak kepada anak-anaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan.
Demikian hal tersebut terjadi secara terus menerus dan turun temurun.
4. Kultur, kebiasaan, adat-istiadat,
atau akibat karakteristik perilaku lingkungan.
Penyebab kemiskinan selanjutnya adalah kultur, kebiasaan,
adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku lingkungan. Contohnya
seperti kebiasaan kaum perempuan yang enggan untuk bekerja keras
dan yakin bahwa mengabdi kepada orang-orang terhormat dengan
tidak diberi bayaran sekalipun adalah hal yang sudah semestinya
dilakukan. Dan mereka justru tidak akan merasa miskin karena hal
tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan dan memang kulturnya yang
membuat demikian. Kemiskinanjuga dapat timbul akibat dari
tidak seimbangnya perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat,
kebijakan, dan aturan lain yang menimbulkan perbedaan hak untuk
bekerja, sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka
yang statusnya rendah dan haknya terbatas.
5. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah pun dapat dikategorikan sebagai salah satu
penyebab terjadinya kemiskinan. Karena dalam suatu negara, peran pemerintah
sangat menentukan, baik dalam membuat masyarakat menjadi miskin,
maupun membuat masyarakat keluar dari kemiskinan. Kebijakan
yang kurang tepat dan ketidakberpihakan terhadap masyarakat miskin akan
menciptakan kemiskinan yang lebih banyak dan lebih dalam. Sebagai
contohnya adalah pembangunan yang timpang dan cenderungberpusat
di wilayah tertentu seperti kota-kota besar. Padahal masyarakat
di desa lebih cenderung menjadi miskin
dikarenakan Ketidakberdayaan yang muncul karena kurangnya
lapangan kerja, rendahnya harga produk yang dihasilkan oleh mereka,
dan tingginya biaya pendidikan. Mereka juga merasakan
keterkucilan dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya
keahlian, sulitnya transportasi, serta ketiadaan akses terhadap kredit yang menyebabkan
mereka terkucil dan menjadi miskin. Banyak pula yang mengalami kemiskinan
materi yang diakibatkan karena kurangnya modal, dan
minimnya lahan pertanian yang dimiliki sehingga menyebabkan
penghasilan mereka relatif rendah. Karena sulitnya mendapatkan pekerjaan,
pekerjaan musiman, dan bencana alam, mereka menjadi rentan dan miskin. Sikap
yang menerima apa adanya dan kurang termotivasi untuk bekerja keras membuat
mereka menjadi semakin menjadi dan tetap miskin. Namun
kemiskinan juga dapat terjadi di kota yang pada dasarnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan di desa, yang
berbeda hanyalah penyebab dari faktor-faktor tersebut, misalnya
faktor ketidakberdayaan di kota cenderung disebabkan oleh kurangnya lapangan
kerja, dan tingginya biaya hidup, pertumbuhan ekonomi lokal dan global
yang rendah, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan stabilitas politik yang
tidak kondusif.
E. Dampak Tingginya Angka
Kemiskinan di Indonesia
1. Dampak masalah kependudukan
Kemiskinan akan menimbulkan dampak kependudukan, yaitu ketidakmerataan
persebaran penduduk, karena banyak orang yang datang ke kota-kota besar
(urbanisasi) untuk sekedar mengadu nasib. Hal ini akan menimbulkan
kesenjangan pembangunan sarana prasarana dan kebutuhan umum. Kesenjangan
pembangunan ditambah dengan terbatasnya lapangan pekerjaan sedangkan angkatan
kerja yang jumlahnya meledak akan menimbulkan banyak pengangguran, baik
pengangguran terselubung mupun pengangguran terbuka.
2. Dampak masalah ekonomi
Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam dan potensi sumber
daya manusia yang tinggi. Namun sangat disayangkan,
kemiskinan menjadikan Penduduk tidak memiliki kekuatan dalam mengembangkan
perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan lemahnya tingkat
konsumsi masyarakat Indonesia terhadap berbagai produk. Permodalan dalam bidang
produksi juga masih kurang, sehingga perusahaan tidak dapat berkembang secara
optimal. Masalah transportasi yang sulit dijangkau karena kurangnya kemampuan
masyarakat untuk mengadakan sarana transportasi yang memadai dan dapat
dijangkau segala kalangan juga menghambat perekonomian Indonesia.. Hal ini
sangat disayangkan karenasebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar.
3. Dampak masalah lingkungan
Masalah lingkungan terjadi saat masyarakat tidak mampu menyediakan
lingkungan hidup yang memadai bagi diri dan keluarganya. Lingkungan hidup yang
tidak memadai mengancam ketenteraman dan kesejahteraan karena terjadi ketidak
seimbangan manusia dengan lingkungan yang menjadi tempat hidupnya. Dampak
masalah lingkungan yang lain adalah keterbelakangan pembangunan,kebodohan,
banjir, pencemaran lingkungan, den tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
karena lingkungan yang kurang mendukung akibat kemiskinan.
4. Dampak masalah pendidikan
Masalah pendidikan di Indonesia juga terkait dengan kemiskinan. Banyak
anak-anak yang tidak mampu meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
karena dibelenggu kemiskinan, tak jarang anak-anak Indonesia bahkan tidak
pernah merasakan bangku pendidikan. Pemerintah memang membebaskan biaya SPP
pada pendidikan tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, namun tidak
pada biaya buku, seragam, dan biaya transportasi ataupun bantuan biaya hidup
selama bersekolah. Pendidikan secara luas merupakan dasar pembentukan
kepribadian, kemajuan ilmu, teknologi, dan kemajuan kehidupan sosial pada
umumnya. Dampak kemiskinan terhadap masalah pendidikan sangat
merugikan karena telah menghilangkan pentingnya pendidikan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Dampak masalah sosial
Kemiskinan menimbulkan berbagai dampak sosial yang cukup meresahkan.
Beberapa diantaranya adalah meningkatnya kriminalitas, kasus bunuh diri, kasus
pembunuhan, dan konflik sosial. Orang yang miskin dan membutuhkan penyelesaian
atas masalahnya akan menghalalkan segala cara agar diri dan keluarganya dapat
bertahan hidup, termasuk dengan mencuri,merampok, bahkan sampai membunuh orang
lain. Jika ia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan putus asa karena
belenggu kemiskinan, dan hutang pada orang lain dan tidak mampu untuk
mengembalikannya, tidak menutup kemungkinan untuk mengalami depresi dan bunuh
diri. Kemiskinan juga menimbulkan arus urbanisasi yang sangat deras.
Orang-orang miskin pergi ke kota besar untuk mengadu nasib dengan kemampuan
yang sangat terbatas, dan akhirnya kalah bersaing dengan orang lain. Hal ini
akan memperparah tingkat pengangguran. Dan yang terakhir, timbulnya konflik
sosial disebabkan oleh orang-orang yang merasa tidak puas dan kecewa atas
kemiskinan yang kini meluas di desa maupun kota di Indonesia.
F.
Solusi Mengatasi Tingginya Angka Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks di negara Indonesia, untuk itu
ada beberapa solusi untuk mengatasi tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia,
diantaranya:
1. Menciptakan dan memperluas lapangan
pekerjaan
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir tingginya angka pengangguran di
Indonesia. Seperti kita ketahui, masalah pengangguran merupakan salah satu
aspek penyebab makin meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia. Pemerintah
seyogyanya menjalin hubungan dengan sektor swasta untuk menangani hal ini,
supaya lapangan pekerjaan dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga
angka pengangguran di Indonesia menurun.
2. Meningkatkan akses masyarakat miskin
terhadap pelayanan dasar
Pelayanan dasar ini meliputi pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar.
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting supaya seseorang dapat
meningkatkan derajat hidupnya. Pemberian bantuan keringanan biaya pendidikan
dapat mengurangi tingginya angka kemiskinan di Indonesia. Seperti misalnya
pengadaan BOS (Biaya Operasional Sekolah), pemberian beasiswa bagi siswa miskin
dan berprestasi, serta program wajib belajar 9 atau 12 tahun, dimana anak-anak
pada rentang usia wajib belajar itu harus mendapatkan pendidikan yang layak
tanpa memandang latar belakang ekonomi keluarganya.
Dalam bidang kesehatan, solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka
kemiskinan yaitu dengan pemberian bantuan seperti Jamkesmas (Jaminan Kesehatan
Masyarakat), Askeskin, dan lain sebagainya yang dapat meringankan biaya
pengobatan masyarakat miskin. Dalam hal ini peran badan atau lembaga-lembaga
kesehatan seperti rumah sakit juga sangat dibutuhkan. Pada hakikatnya tugas dan
kewajiban mereka adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
bukan hanya untuk mencari keuntungan semata. Oleh karena itu, pusat kesehatan
seperti rumah sakit harus memberi pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat
dari berbagai lapisan, termasuk masyarakat miskin.
Dalam bidang prasarana dasar, misalnya adalah rumah atau pemukiman.
Banyaknya pemukiman kumuh menunjukan tingginya angka kemiskinan. Pemberian
pemukiman yang layak dapat menjadi solusi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
3. Memberikan pelatihan wirausaha bagi
masyarakat
Hal ini penting dilakukan supaya masyarakat dapat menciptakan lapangan
pekerjaannya sendiri. Selain itu, pemberian dana bantuan dari pemerintah pada
pengusaha kecil juga sangat diperlukan untuk mengembangkan usaha mereka. Dalam
hal ini dapat dilakukan dengan program UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).
Apabila usaha kecil itu berkembang, maka akan dapat menciptakan lapangan
pekerjaan yang semakin luas dan menyerap tenaga kerja yang semakin banyak, hal
itu tentu dapat mengurangi angka kemiskinan.
4. Pemberian BLT (Bantuan Langsung
Tunai) pada masyarakat miskin
Upaya ini juga harus lebih dikoreksi dan disempurnakan pelaksanannya supaya
tepat sasaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang
memiliki kondisi ekonomi dibawah garis minimum sehingga tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini dicirikan dengan kondisi sandang,
pangan, dan papan yang kurang layak, tidak adanya kemampuan untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, termasuk kebutuhan akan kesehatan dan pendidikan, serta
rendahnya pendapatan. Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang
kompleks di dunia, khususnya di Indonesia sendiri. Ada banyak hal yang
menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, baik penyebab internal
maupun eksternal.
Penyebab internal diantaranya adalah karakteristik seseorang yang
menyia-nyiakan kesempatan yang ada, kultur atau adat istiadat dan kebiasaan,
serta cacat bawaan dari lahir sehingga orang tersebut tidak dapat bekerja
dengan optimal. Faktor penyebab lain yaitu karena keturunan. Tingkat pendidikan
orang tua yang rendah juga berdampak pada rendahnya penghasilan, sehingga tidak
dapat memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya. Hal itu menyebabkan
sang anak juga tidak dapat memperbaiki hidup mereka.
Selain faktor internal, faktor eksternal juga menjadi penyebab tingginya
tingkat kemiskinan di Indonesia. Faktor eksternal diantaranya adalah kurangnya
lapangan pekerjaan yang menyebabkan pengangguran semakin meningkat. Selain itu,
kebijakan pemerintah yang kurang tepat dan ketidakberpihakan pemerintah
terhadap masyarakat miskin juga menyebabkan tingkat kemiskinan semakin tinggi.
Tingkat kemiskinan yang semakin tinggi itu menyebabkan dampak-dampak
dalam masyarakat. Diantaranya yaitu dampak dalam bidang kependudukan,
lingkungan, ekonomi, pandidikan, dan sosial. Banyaknya dampak yang ditimbulkan
oleh kemiskinan tersebut sebaiknya harus ditangani secara serius dengan
beberapa solusi diantaranya yaitu dengan menciptakan dan memperluas lapangan
pekerjaan, supaya tingkat pengangguran berkurang. Selain itu, solusi lain yang
dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
dasar. Pelayanan dasar ini mencakup pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar.
Untuk mengurangi kemiskinan, dapat juga dilakukan pelatihan kewirausahaan
terhadap masyarakat, serta pemberian bantuan usaha. Dengan demikian, masyarakat
dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan mengurangi pengangguran.
Kemiskinan memang seharusnya menjadi tanggung jawab semua pihak, tidak
hanya pemerintah tetapi juga masyarakat. Apabila pemerintah dengan masyarakat
saling bahu membahu untuk mengatasi kemiskinan, tentunya hal itu dapat
mengurangi tingginya angka kemiskinan di Indonesia.
B. Saran
1. Bagi pemerintah
Pemerintah sebaiknya menangani dengan serius permasalahan kemiskinan di
Indonesia, karena pemerintah merupakan aspek yang penting dalam pengentasan
masalah kemiskinan. Pemerintah sebaiknya membuat kebijakan yang pro rakyat
miskin, seperti pemberian subsidi atau bantuan kepada masyarakat supaya
masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Bagi pihak swasta
Pihak swasta disini yaitu perusahaan, sebaiknya menciptakan usaha yang
dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga tingkat pengangguran di Indonesia
menjadi berkurang. Apabila pengangguran berkurang, tentunya tingkat kemiskinan
juga semakin menurun. Selain itu, pihak perusahaan sebaiknya memberikan upah
atau penghasilan yang layak bagi pekerja-pekerjanya.
3. Bagi masyarakat
Masyarakat sebaiknya bekerja dengan semaksimal mungkin dan jangan
bermalas-malasan untuk memperoleh penghasilan supaya dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Masyarakat jangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah tetapi harus
bergerak sendiri memberantas kemiskinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar